Sabtu, 13 November 2010

Sosok Presiden 2014

PEMILIHAN Presiden 2014 akan menjadi pertarungan sejumlah wajah baru. Meski masih dimungkinkan terjadi "daur ulang" calon presiden (capres), peluangnya jauh lebih kecil dibanding Pilpres 2009. Selain karena tokoh yang menjadi "langganan" capres sudah kehilangan momentum, juga karena tumbuhnya harapan bagi kader yang matang selama transisi menuju reformasi.

Bagaimana partai mere-spons kecenderungan bangkitnya capres muda? Sebagian jawaban terbaca dari cara parpol melakukan kaderisasi kepemimpinan di tubuh partai, selain makin solidnya lembaga prodemokrasi di luar parpol.Pada 2014 tuntutan munculnya capres muda akan lebih nyaring. Soekarno dan Soeharto dilantik sebagai presiden dalam usia muda dan terbukti melahirkan perubahan fenomenal pada masanya. Sayang tradisi capres muda tidak berlanjut. Banyak kandidat yang masih belia sudah layu sebelum penjaringan capres dilakukan parpol.

Andai saja ketentuan konstitusi yang menetapkan kebijakan satu pintu bagi capres (yakni harus diusung parpol atau gabungan parpol), munculnya capres di luar parpol masih amat berpeluang. Selain mengusung kadernya sendiri akan terdapat parpol yang "mengadopsi" tokoh organisasi kemasyarakatan (ormas), purnawirawan, bahkan kalangan intelektual dan birokrat. Sayangnya, dalam pemilu terakhir, kalangan kampus dan birokrat karier belum menyumbang calondalam pilpres. Ini terjadi karena politik belum menjadi zona yang menantang bagi sebagian besar intelektual.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar